Tatabahasa Fungsional Di Dalam Pendidikan Bahasa

shares



Bahasa dalam kajian Tatabahasa Fungsional (Systemic Functional Linguistics) merupakan sebuah ilmu yang menelaah kajian bahasa berdasarkan fungsinya.  Halliday (1993) menyebutkan bahwa Tatabahasa Fungsional (TBF) merupakan pembelajaran terkait dengan membuat makna (meaning making). TBF memiliki tiga fungsi yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Halliday dan Matthiessen (2004) merupakan makna untuk menyatakan ide atau mengungkapkan pengalaman berupa tindakan, kegiatan, kejadian, peristiwa, perasaan, pikiran, sikap, penilaian, deskripsi, dsb. Hal ini direalisasikan kedalam lima proses transitifitas. Kelima transitifitas terebut adalah: a) proses material, artinya proses yang berkaitan dengan tindakan atau perbuatan, b) proses mental, artinya proses yang berkaitan dengan psikologis, c) proses verbal, artinya proses yang berkaitan dengan ucapan, d) proses relasional, artinya proses yang berhubungan dengan kaitan jatidiri atau sifat dan sebagainya, dan e) proses behavioural artinya proses yang berada diantara proses psikologis dan proses dan material.  Kelima proses tersebut terpadu dalam bentuk transitifitas atau transitivity. Konsep transitifitas dapat diwujudkan dengan verba yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Paparan berikut merupakan ilustrasi dari penggunaan verba tersebut:
1. Proses material: Dodo pergi ke pasar (verba pergi merupakan sebuah tindakan)
2. Proses  mental: Dodo berpikir keras tentang hal ini (verba berpikir merupakan sebuah mental kognitif).
3. Proses verbal: Dodo bertanya sebuah persoalan terhadap Didi (verba bertanya merupakan sebuah sebuah ujaran atau bentuk verbal)
4. Proses  relasional: Dodo menjadi guru (verba menjadi merupakan yang menyatakan sebuah identitas atau jatidiri seseorang dari subjek tersebut yakni Dodo)
5. Proses behavioural: Dodo sedang menangis karena frustasi (verba menangis merupakan paduan proses psikologis dan material.

Selanjutnya, fungsi interpersonal secara garis besar terpaut dengan pengungkapan dalam berinteraksi dengan seseorang atau diri sendiri. Lalu, yang terakhir adalah tujuan komunikatif harus diatur sedemikian rupa untk tetap padu dan saling terpaut agar urutan pengungkapan informasi tersebut dapat terwujud secara utuh dan mudah dimengerti. Jika konsep TBF ini disambungkan dengan pendidikan dengan TBF tersebut, maka akan menyentuh konsep kontekstual yang terbagi menjadi kajian register dan kajian genre. Konsep register yang disarikan dari Eggins (2004); Thompson (2004) dan Matthiessen, Terruya, & Lam (2010) terdapat sari arti yang berujung serupa yaitu konteks situasi mempengaruhi teks. Sementara itu, register terbagi menjadi beberapa makna, yaitu (1) field atau ketika pembicaraan terjadi, (2) tenor atau status dan peran pembicara yang terlibat dalam hubungannya dengan lawan bicara dan dengan tujuan yang akan dicapai, dan (3) mode, yaitu cara yang digunakan untuk membangun sebuah teks, apakah itu berbentuk tulisan atau berbentuk lisan.

Setelah bentuk register sudah dibahas, maka secara pengertian konsep genre menurut Eggins (2004) secara garis besar dapat dijelaskan bahwa konteks budaya mempengaruhi sebuah teks yang sedang ditulis atau sedang dibangun. Dari pembahasan mengenai bahasa dari sudut pandang TBF tersebut, dapat dijelaskansecara sederhana bahwa bahasa merupakan lambang sosial yang mempunyai fungsi-fungsi khusus untuk memudahkan manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dalam menyampaikan ide-ide ataupun gagasan.

TBF dan Pendidikan Bahasa
Seperti yang telah dibahas secara ringkas terkait konsep Tata Bahasa Fungsional, maka konsep TBF merupakan hal penting untuk dipelajari sebab memuat tatabahasa yang bersifat komprehensif dalam memaknai lambang dan kode-kode ujaran secara kntekstual.  Beberapa kegunaan TBF dalam pendidikan bahasa yakni pada tataran terjemahan dan penulisan bentuk dan jenis-jenis teks. Dalam terjemahan aliran fungsional memandang bahwa penerjemahan teks dipengaruhi oleh situasi dan budaya. Sehingga terjemahan dapat terlepas dari sumber aslinya. Hal serupa terjadi didalam penulisan teks agar lebih terpaut secara apik dan memiliki kepaduan yang bersifat solid. Kedua elemen tersebut belumlah cukup untuk menghasilkan teks yang baik. Agar supaya maknanya dapat dirangkai secara utuh maka dalam pembangunan teks mestilah melibatkan konteks situasi dan konteks budaya agar teks tersebut tidak hanya terpaut secara apik dan padu melainkan juga akan menjadi utuh secara makna, tidak terpenggal-penggal.  Merunut penjelasan tersebut maka TBF terkait dengan penulisan jenis teks adalah alat untuk mengkaji sebuah teks, apakah sudah memenuhi kriteria secara ciri-ciri struktur kebahasaan. Oleh karena itu, TBF setidaknya telah menjelaskan bahwa dirinya merupaka sebuah ilmu kebahasaan yang bersifat sistematik yang setidaknya menjawab dua ranah sempalan kelimuan kebahasaan yakni terjemahan dan penulisan teks. Dengan paparan yang belum menyeluruh terkait pendidikan bahasa di dalam artikel ini, maka kami berpikir TBF memiliki peran yang sangat penting di dalam pendidikan bahasa. 

Related Posts

0 komentar:

Post a Comment