Showing posts with label REVIEW. Show all posts
Showing posts with label REVIEW. Show all posts
Monday, December 8, 2014

Ngintip Skema Panggung Alexi Laiho

Bagi seorang gitaris kesempatan untuk eksplorasi sound memang terbuka lebar ketika rekaman. Karena waktu yang dimiliki juga tersedia cukup banyak. Namun ketika naik panggung, hal itu mesti sedikit dihilangkan. Karena akan menjadi masalah sendiri jika hal yang ribet mengganggu jalannya performa diatas panggung.

Di dunia pergitaran dunia, nama Alexi Laiho menjadi sorotan tajam, disamping berbagai gossip mengenai dirinya. Namun terlepas dari itu, Alexi merupakan sosok musisi yang luar biasa. Alexi Laiho merupakan gitaris dan vokalis Children of Bodom.

Gitaris asal Swedia ini tak mau ambil resiko ketika naik panggung. Set sound yang ia pakai memungkinkan dirinya lebih fleksibel diatas panggung.

“Perangkat sound saya diatas panggung, hanya terdiri atas gitar ESP yang dicolokan ke preamp Lee Jackson dan kemudian ke ampli VHT,” jelas Alexi. “Tinggal colok dan langsung main,” tambah teknisi gitar Alexi, Neubi.

Alexi juga sangat efisien dalam urusan gitar, gitar ESP signature miliknya juga hanya mempunyai satu pickup humbucker, yakni EMG-HZ  H4 di posisi bridge. Hal tersebut dilakukan Alex agar lebih efisien dalam memainkan gitarnya, ia tidak perlu mengotak-atik tombol pengubah pilihan pickup (pickup selector switch).

“Untuk musik metal saya senang menghasilkan sound “lembut” dari pickup neck,” jelasnya. Alex hanya menambahkan efek delay lewat operator FOH nya.

Inilah seperangkat alat perang Alexi Laiho diatas panggung.

Gitar: ESP Custom Alexi Liho Black (Custom Built in Preamp)
Senar: DR Tite-Fit JH-10 ukuran 010, 014, 018, 032, 044, 056.
Tuning: D-G-C-F-A-D
Wireless: Shure UHF Marcad Diversity MKII
Tube Preamp: Lee Jackson Perfect Connection GP-1000
Exciter: RSP 2400
Preamp Signal: Rocktron Intelifex
Kabinet: Marshal 1960B 300W Mono/Stereo 4x12 dengan speaker Celestion G12T-75 dengan daya 75 wat

Nongkrong Bareng Ervin Nanzabakri


Ervin Nanzabakri pria kelahiran bandung  tahun 1973 silam dan dikarunia dua orang anak perempuan Vinka dan Ayumi dari pasangannya Maria Hendrika Yuniai, dikenal sebagai seorang musisi yang cukup mumpuni, bagaimana tidak dengan ciri khas suaranya, ia mampu memiliki penggemar fanatik tersendiri. 

Ketika Stop Manyun berkunjung kerumah Ervin Nanzabakri (vocalis grup band Edane), yang berada diperumahan Resinda Karawang Jawa Barat banyak hal yang diceritakan oleh vocalis grup band Edane tersebut. 

Ia menyatakan bermusik awal mulannya hanya sekedar iseng saja yakni dilakukan Ervin beserta teman-temannya “biasanya dulu kita, nongkrong di pos ronda sambil main gitar nyanyi-nyanyi dan lagunya itu lagu-lagu lama atau lagu jadul seperti koes plus, panbers, the mercys, sampai akhirnya mengenal lagu-lagu roling stone, deeppurple, zeplin, mountley crue…, nah itu tepatnya pada tahun 1989 di Bogor.”.

Tahun 1990 baru Ervin bergabung dengan grup band pertamanya dengan membawakan musik rock pada zamannya seperti Bon Jovi, Cinderella, Gun n Roses, Metalica dan Ervin menyatakan pertama kali membawakan lagu yakni dari grup band Cinderella Don't Know What You Got, Deep purple Child In Time.

Yang membuat Ervin bersemangat dalam dunia musik pada saat Ervin mengikuti Festival Musik se Jabotabek pada tahun 1992 dengan grup band nya yang bernama REGATA dengan personil Ervin (vocal & rithem), Krisna (guitar), Bahar (drumer), Amin(Bass) dan Martinus, bersama REGATA Band Ervin mendapatkan juara Vocalis terbaik Djarum Super Rock. Pada akhir tahun 1992 Ervin kembali ke Bandung tepatnya di Cimahi yakni untuk satu tujuan yaitu serius bermusik, di Bandung diawali dengan menjadi musisi di café-café bahkan Ervin pernah mengalami masa-masa Long Trip, tahun 1995 pertama kalinya Ervin Long Trip bersama Hendar Sigma salah seorang seniornya banyak sekali pelajaran yang ia ambil dari sosok A Hendar Long Trip selama 3 bulan di Kalimantan bersama grup bandnya bernama Doski yang akhirnya jadi Wash Band.

Perjalanan demi perjalanan dalam bermusik Ervin terakhir Long Trip di luar pulau Jawa bersama band Violet (Uthopia Band). Pada tahun 2002 bersama Aksara Band menjadi band pembuka grup band artis indonesia Edane, Nicky Astria dengan Macan Band dari Surabaya dan grup band Rif, tur delapan kota di pulau jawa.

Dari sinilah Ervin menjalin kedekatan dengan Edane, saat keluarnya Trison dari Edane pada akhirnya Ervin Nanzabakri di hubungi Hari Batara (Bang Ucok) vocalis Edane di album Pancaroba yang saat ini menjadi manager Edane untuk turut membantu ada empat show di Jember, Malang, Kupang dan di Indosiar dan selesai dari sini Ervin Nanzabakri sempat digantikan oleh Adit pada tahun 2006.

Pada tahun 2008 kembali Ervin Nanzabakri untuk membantu Edane kali ini bukan untuk manggung melainkan buat lagu, lalu Ervin bertemu dengan mas Eet Sahrani pada saat itu Ervin didengarkan dengan lagu terbaru dari Edane “sempat ga kebayang gimana lagunya” kata Ervin benar juga apa yang dibayangkan olehnya ketika ia pertama kali didengarkan lagu Best of Me, akhirnya dengan keyakinannya bisa juga. Dibuktin dalam Album ke tujuh Edane tahun 2010 Edane Edan.

Monday, December 1, 2014

Pesona & Karisma Jokowi (Anak Tukang Kayu yang Kini Mendapat Tempat Istimewa di Hati Rakyat)


Judul: “Pesona & Karisma Jokowi: Anak Tukang Kayu yang Kini Mendapat Tempat Istimewa di Hati Rakyat”
Penulis: Bagus D. Wijoyo
Penerbit: Sinar Kejora
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 142





Hari ini siapa yang tidak kenal dengan nama Joko Widodo atau Jokowi, bahkan namanya sudah terkenal hingga manca Negara. Pria kelahiran 21 Juni 1961 di Solo, Jawa Tengah tersebut akhirnya ditetapkan sebagai presiden Indonesia masa bakti 2014-2019. Sepak terjang beliau di tengah masyarakat Indonesia, menjadi daya tarik sendiri, dengan pesona dan kharisma yang dimilikinya.

Jokowi yang merupakan anak dari seorang tukang kayu, awalnya tidak berniat menjadi politisi, melainkan ingin fokus meneruskan usaha ayahnya. Lewat buku karangan Bagus. D Wijoyo ini, figur seorang Jokowi dapat terkuak hingga ke akar-akarnya.

Bagian buku ini terdiri dari 4 bagian, yaitu From Solo to Jogja; Catatan Masa Kecil hingga Kuliah, Back to Solo; Meniti Bisnis, Membangun “Solo: The Spirit of Java”, From Solo to Jakarta; Menuju DKI 1. Tiap-tiap bagian diceritakan dengan ringkas dan lugas.

Bagian pertama yaitu From Solo to Jogja; Catatan Masa Kecil hingga Kuliah, menceritakan kehidupan Jokowi pada masa kecil hingga masa kuliah, disini diceritakan bagaimana Jokowi hidup dalam serba kekurangan. Pada awal buku diceritakan bagaimana masa kecil Jokowi yang kurang bahagia. Jokowi yang dilahirkan di Brayat Minulyo, Solo, Jawa Tengah oleh ibunya Sujiatmi sempat mengenyam pahitnya masa-masa kecil di Solo. Seperti diketahui bahwa nama Joko Widodo diberikan oleh sang ayah Notomiharjo yang berarti anak muda yang selamat. Inisiatif ayahnya tersebut agar kelak Jokowi dapat menjadi orang yang sukses dan selamat dunia akherat, hal itu terbukti dengan kesuksesan beliau hingga hari ini dapat duduk di bangku RI 1.

Diceritakan juga bagaimana keluarga Jokowi harus berpindah-pindah tempat tinggal. Awalnya Jokowi menjalani masa kecilnya di Kampung Srambatan, Banjarsari, Solo. Namun pada tahun 1965, air sungai bengawan Solo meluap dan merendam hampir sepertiga wilayah Solo termasuk tempat tinggalnya. Keluarga Jokowi akhirnya harus berpindah tempat tinggal. Diceritakan juga bagaimana tempat tinggalnya harus direlokasi kerena penggusuran pada masa itu.

Hidup Jokowi pun dilanda penuh keprihatinan, ia hidup ditengah kondisi ekonomi yang pas-pasan. Jokowi di masa kecilnya juga diketahui merupakan seorang anak yang penurut, rajin dan berprestasi di sekolah. Ia kerap membantu ayahnya menggergaji sepulang sekolah. Ada pengalaman membekas dalam benak Jokowi waktu itu, yaitu ketika ayahnya Notomiharjo harus dikejar aparat gara-gara berjualan kriya kayu di pinggir jalan. Karena akrab dengan dunia perkayuan, ia bercita-cita meneruskan usahanya sebagai tukang kayu dan setelah dewasa Jokowi meraup kesuksesan dengan mengembangkan bisnis mebel bernama PT Rakabu yang hingga kini masih dijalankan oleh adik-adiknya.

Diceritakan juga kehidupan Jokowi semasa sekolah, ia mulai mengenyam pendidikan akademik di sekolah TK (Taman Kanak Kanak) di Ketelan, Banjarsari. Kemudian melanjutkan sekolahh di SD Negeri 111 Tirtoyoso, Solo. Jokowi dalam buku tersebut diceritakan merupakan anak yang sangat sederhana, ia berangkat dan pulang sekolah hanya berjalan kaki.

Jokowi juga sempat mengalami frustasi karena gagal masuk SMA favorit di Solo yaitu SMA Negeri 1 Solo. Ia tidak lulus dalam ujian seleksi penerimaan siswa baru di sekolah tersebut. Akibatnya Jokowi mesti bersekolah di SMA yang bukan pilihannya, akhirnya Jokowi sempat malas-malasan sekolah. Jokowi sering murung dan jarang keluar kamar. Namun setelah kelas dua, ia mulai kembali semangat sekolah karena dilecut motivasinya oleh ibunya Sujiatmi. Ibunya menasehati apabila ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri favorit, mau tidak mau Jokowi harus belajar.

Jokowi juga diceritakan sangat menyukai music rock, hal tersebut karena letak SMP Negeri 1 Solo, tempat sekolahnya tersebut berdekatan dengan tempat latihan grup music rock yang digawangi oleh Setiawan Djodi yaitu Trencem. Jokowi sangat menyukai music rock, sampai kamarnya dipenuhi dengan poster para artis rock papan atas saat itu seperti John Bonham, yang merupakan drummer band legendaries, Led Zeppelin.

Meskipun menyukai musik keras, namun pribadi Jokowi sangat santun dan ramah terhadap siapapun, ia juga tidak pernah mabuk, merokok ataupun membuat tato di tubuhnya.

Selepas masa SMA Jokowi akhirnya melanjutkan ke perguruan tinggi negeri favoritnya yaitu UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta setelah mendapat juara umum di sekolahnya. Ia mengambil jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan persis seperti yang ia inginkan saat kecil dahulu. Diceritakan juga masa-masa kuliah Jokowi akhirnya bertemu Iriana untuk pertama kali dan menikahinya.

Selepas lulus kuliah, Jokowi merantau ke Aceh sebab dirinya tidak mau membebani keluarganya lagi. Ia bekerja pada sebuah perusahaan pulp (bubur kertas). Ia sempat menempati posisi setingkat manager di BUMN tersbut.

Namun Jokowi tidak betah dan memutuskan kembali ke Solo. Di Solo, Jokowi bekerja pada perusahaan kayu jati milik pakdenya. Setelah satu tahun bekerja di perusahaan milik pakdenya, akhirnya lahir anak sulung Jokowi yaitu Gibran Rakabuming pada tahun 1988. Saat itu pula Jokowi mulai membuka usahanya sendiri. Usaha yang dijalankan Jokowi meraup kesuksesan bahkan orderan datang dari luar negeri.