Istana Maimun Medan, Sisa-Sisa Peninggalan Kerajaan Melayu di Indonesia

shares


Objek Wisata Istana Maimun Medan ini adalah peninggalan putra sulung dari  Sultan Mahmud Perkasa Alam (Pendiri Kota Medan), beliau menggantikan posisi ayahnya sejak tahun 1873 M - 1924 M dan menurut sejarah, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syahini adalah Sultan Deli ke IX. Kerajaan ini dahulunya adalah kerajaan Melayu maka tak heran   jika bangunan istana Maimun ini didominasi oleh warna kuning sebagai ciri khas kebudayaan dan bangunan Melayu.

Sejarah Istana Maimun, Istana Maimun Medan
Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda yang bernama TH Van Erp yang mendesain istana ini dengan total jumlah 30 kamar diatas tanah seluas 2.772 m², ia menggabungkan elemen budaya Islam, Melayu, Spanyol, Italia dan India ketika merancang bangunan megah ini. Istana Maimun Medan ini didirikan pada tahun 1888 tepatnya pada tanggal 26 Agustus yang kemudian di resmikan pada tanggal 18 Mei 1891.

Istana ini ditempati oleh ahli waris kesultanan Deli mulai tahun 1946 dan sering digunakan sebagai tempat berbagai pertunjukan tradisional seperti tari-tarian, musik dan lain lain, Biasanya pesta atau pertunjukan  digelar ketika ada perhelatan sebuah peristiwa sukacita dan perkawinan ahli waris kerajaan. Bukan hanya itu, Biasanya Sultan Deli juga mengadakan pesta rutin satu kali dalam setahunnya sebagai bentuk ikatan silaturahmi keluarga besar Istana Kesultanan Deli ini.





Jika anda mengunjungi Istana Maimun Medan, pasti anda akan merasa kagum dengan rancangan bangunannya yang bernuansa Melayu yang mirip dengan TajMahal yang ada di India. Apalagi adanya peninggalan kerajaan didalamnya, terdiri dari berbagai perabotan Istana, ruang peristirahatan raja, foto-foto keluarga besar kerajaan dan beberapa persenjataan kerajaan.

Selain itu, dua kali dalam setahun Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jum’at, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga). Bagi para pengunjung yang datang ke istana mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang diruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata.

Istana Maimun terletak di jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Penjual jajanan sekitar halaman istana juga ramai menuntun kita sampai pada tangga menuju istana yang dibentang karpet merah.

Puluhan anak tangga mengantar kita diatas. Tempat dimana para Raja-Raja Melayu mengontrol Pemerintahan, terpampang juga foto-foto Raja. Setelah masuk bagian dalam tampaklah singgasana Sang Sultan di ruangan utama Istana . Biasanya singgasana itu disebut Paterakna Sultan Deli.

Paterakna juga menjadi objek incaran wisatawan untuk berfoto. Kemudian didalam Istana itu juga menjual pernak-pernik untuk para wisatawan sebagai oleh-oleh benda-benda adat Melayu. Setiap Sabtu dan Minggu, Istana Maimun juga dikunjungi pelajar Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama dalam mempelajari sejarah Kesultanan Deli dan Kerajaan sebelumnya.

Saat ini istana tersebut masih dihuni oleh keluarga sultan. Ruangan pertemuan, foto–foto keluarga kerajaan Deli, perabot rumah tangga Belanda kuno dan pelbagai senjata, terbuka bagi masyarakat yang ingin mengunjunginya. Di istana ini pula terdapat Meriam Puntung yang merupakan peninggalan sejarah kerajaan Deli. Saat ini Sultan Deli yang bertahta adalah sultan Deli ke 14. Ia naik tahta ketika berumur 7 tahun dan sekarang berusia hampir 15 tahun. Sang Sultan tinggal di Makassar bersama ibunya yang merupakan keturunan dari raja Bone. Ia naik tahta pada usia muda menggantikan ayahnya sultan Deli ke 13 yang merupakan anggota TNI dan gugur pada saat konflik Aceh masih bergejolak.

Satu blok dari istana Maimun kearah timur, berdiri Mesjid Raya Al Mashun dengan arsitek yang menawan merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Medan dan sangat mengagumkan.

Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat.





Sejarah Pembangunan Istana Maimun Medan

Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai  memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satujuta Gulden. Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.

Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan yang diimpor antara lain,  marmer untuk dekorasi dari Italia, Jerman, kacapatri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Prancis.


JA Ting Deman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik, tidak seperti masjid kebanyakan. Di keempat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubungan antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sis imihrab.Sejarah Istana Maimun, Istana Maimun Medan

Bangunan masjid nya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan, di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama. Istana Maimun Medan

Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada abad Pertengahan. Sedangkan kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubah nya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.

Para wisatawan asing maupun domestik yang mengunjungi dan melihat langsung istana itu akan berdetak kagum dan takjub dengan kemegahan dan gaya arsitektur yang luar biasa. Di abad 18 kita sudah bisa memperlihatkan pada dunia dengan berdirinya istana pusat pemerintahan masa itu, Semoga tulisan ini bisa menambah khasanah budaya para pembaca dan menjadikan rekomendasi wisata budaya yang sangat fenomenal.Sejarah Istana Maimun, Istana Maimun Medan

Related Posts

0 komentar:

Post a Comment